Suatu hari di sebuah pusat perbelanjaan…
(Saat semua sedang sibuk dengan barang yang dipilih untuk dibeli, ada sebuah percakapan anatara ibu dan anak perempuan yang tidak sengaja terdengar).
Anak : “Ibu beli jarik lagi ? bukannya kemarin belum lama beli jarik, stock nya kan masih banyak, kan masih bagus-bagus semua”. (Jarik: bahasa jawa untuk kain panjang motif batik)
Ibu : “Ini bukan di pakai sekarang Nduk (panggilan untuk anak perempuan jawa)”.
Anak : “Lalu untuk dipakai kapan Bu? dan tidak mungkin di pakai semua kan?”
Ibu : “ini mau Ibu pakai persiapan kalau Ibu nanti meninggal, supaya kalian tidak terlalu repot nyari jarik untuk menutupi mayat ibu setelah dikafanin”.
Anak : (Terdiam)
(Sesuai tradisi yang berkembang di masyarakat, setiap jenazah yang telah selesai di mandikan dan dikafani akan ditutup dengan kain panjang (jarik), kemudian d sholatkan, sebelum akhirnya di makamkan).
Mempersiapkan kain penutup mungkin terlihat sepele. Jika di pahami lebih dalam lagi, ada sisi lain yang bisa kita ambil pelajaran. Kain tersebut untuk melindungi tubuh kita dihari terakhir kita di dunia, yang munkin tak kurang dari 24 jam, (karena menguburkan jenazah harus disegerakan). Namun apa yang kita harapkan menjadi pelindung kita untuk waktu yang sangat lama nanti setelah tubuh kita masuk dalam liang lahat?
Seperti yang kita ketahui rezeki, jodoh dan kematian seseorang adalah sesuatu yang pasti, dan hanya Allah yang tahu. Kita sebagai manusia bertugas untuk mempersiapkan diri menyambut datangnya hal tersebut.
Melamar pekerjaan perlu persiapan.
Melamar jodoh dan menikah perlu persiapan,
Mati pun sudah pasti juga perlu persiapan.
Dari kisah diatas ada sebuah hikmah penting yang dapat kita ambil, yaitu tentang sebuah persiapan untuk bertemu sesuatu yang pasti, salah satunya yaitu kematian.
Seperti yang telah dijelaskan dalam Surat Ali Imran ayat 185:
“Setiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya akan disempurnakan pahala kalian pada hari kiamat. Barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka ia benar-benar telah beruntung. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya”.
Dari ayat tersebut menjelaskan tentang kepastian datangnya kematian, menjadi pengingat juga bagi kita tentang kehidupan dunia yang kesenangan yang memperdaya.
Kehidupan dunia memang harus di perjuangkan, karena sebagai jalan untuk persiapan menuju kehidupan selanjutnya. Namun kita tidak boleh lupa bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara. Jangan kita terlena dengan persiapan di dunia sampai melupakan kodrat kita sebagai hamba nya Allah, bahwa kita pasti kembali kepada-Nya.
Harta, tahta dan keluarga tak akan kita bawa. Dan amalan kita selama didunialah pendamping terbaik kita. Sudahkah kita mempersiapkan pendamping kita saat kematian menjemput ?
Untuk itu, semoga ini bisa menjadi pengingat diri, untuk selalu beramal yang baik. Marilah kita untuk selalu membiasakan diri berbuat baik, mengerjakan setiap perintahNya dan menjauhi larangan Nya.
Tua muda tidak akan menjamin jauh atau dekatnya kematian. Kita tidak pernah tahu pasti kapan ajal menjemput. Karena mati bukan nomor urut, tapi nomor cabut.
Jadi, sudahkah kamu mempersiapkan diri untuk menyambut sesuatu yang pasti?
Sudah siapkah kamu utntuk bertemu Tuhanmu?