Sunday, October 6, 2024

Pengingat Sederhana yang Membuat Anda Hidup Bahagia

Ldiilampung.com, NasehatJika ditanya mengenai kondisi kehidupan yang diinginkan, semua orang pasti akan menjawab bahwa mereka menginginkan kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan. Tapi ada hal yang patut kita pertanyakan, apakah bahagia itu adalah sebuah tujuan ataukah sebuah bumbu yang menghidupkan kehidupan sehingga kita merasa hidup?

Sebagian besar orang-orang mengaitkan arti kebahagiaan dengan memperoleh kesuksesan materiil, seperti memiliki jabatan yang tinggi, berpendidikan tinggi, memiliki mobil mewah, rumah mewah dan lain sebagainya.

Pertanyaannya benarkah orang tersebut telah berbahagia? Benarkah mereka telah menggapai tujuan hidupnya?

Namun jika kita lihat lebih dalam, orang-orang yang berpikiran bahwa bahagia adalah sebuah tujuan hidup. Apakah selama ini mereka yang bekerja keras membanting tulang, belajar giat untuk mendapatan gelar yang kelak akan dipuji-puji orang, sibuk mengumpulkan uang untuk masa depan, benar-benar sedang ‘hidup’ di masa sekarang?.

Tidakkah mereka terlihat seperti raga-raga yang berjiwa kosong? Tidakkah mereka terlihat seperti robot-robot yang lalu-lalang? Apakah hidup mereka berpuluh-puluh tahun dihabiskan hanya untuk bisa merasa hidup di saat kekayaan datang di masa tua yang sebentar? Apakah kebahagiaan diartikan dengan arti yang begitu sempit?

Mungkin ada yang tidak sependapat dengan statement ini, ya inilah yang namanya point of view . Setiap orang memiliki cara berpikirnya masing-masing. Tidaklah salah apabila manusia menginginkan kehidupan finansial yang mapan dan baik, itulah sifat manusiawi.

Tapi ada yang seharusnya diluruskan dalam konteks diatas. Sebagai contoh, saat para pelajar mengabiskan waktu lebih dari 18 tahun untuk menyelesaikan sekolahnya. Kebanyakan yang ada dipikiran mereka adalah tentang mendapatkan nilai yang bagus dan tinggi, lulus dengan baik, segera mendapat pekerjaan dan memiliki banyak uang.

Baca Juga:  Berhijab itu Ibadah, Bukan Hanya Sekedar Fashion Saja

Karena orientasi pemikiran mereka yang menganggap bahwa mereka baru akan bahagia setelah menjadi orang sukses akan membuat mereka merasa takut dan senantiasa terbebani dengan hidup mereka sendiri.

Mereka cenderung untuk memikirkan masa depan, memikirkan apa yang belum mereka gapai dan lupa dengan apa yang mereka miliki sekarang. Mereka akan selalu merasa tidak cukup dengan apa yang mereka peroleh. Mereka akan selalu merasa ‘kehausan.’

Yang ada di pikiran mereka hanyalah bagaimana caranya untuk berkompetisi dengan orang lain, untuk menjadi lebih unggul daripada orang lain, padahal yang seharusnya mereka kalahkan bukanlah lawan, namun diri mereka sendiri.

Sehingga outputnya adalah mereka menjalani hidup dengan sangat biasa-biasa saja. Bangun pagi kemudian sekolah/bekerja, kemudian pulang, kemudian makan, kemudian tidur, kemudian keesokan harinya seperti itu lagi dan lagi. Segalanya terlihat biasa, hambar, tidak ada yang spesial.

Jika kekayaan adalah kebahagiaan, lalu mengapa Michael Jackson bunuh diri? Jika kepopuleran adalah kebahgiaan, lalu mengapa Robbin William bunuh diri? Pasti ada yang kurang pas disini.

Coba kita beralih ke pertanyaan selanjutnya, “Apakah bahagia itu adalah bumbu yang menghidupkan kehidupan sehingga kita merasa hidup?” Hmm, mungkin iya bahwa sebenarnya kebahagiaan itu bukanlah sebuah tujuan, melainkan pilihan. Tidak ada yang salah dengan orang-orang yang bekerja keras untuk menggapai impian mereka, hanya saja cara mereka yang perlu diluruskan.

Saat kita beroerientasi pada kejayaan, maka kita akan kehilangan hari-hari begitu saja. Namun, saat kita memilih untuk ‘menikmati’ hidup dan meniatkan apa yang kita kerjakan saat ini adalah karena niat yang mukhlis lillah karena Allah.

Baca Juga:  Cinta Buta, Cinta yang “Tidak Karena Allah”

Mencari ilmu karena Allah, mencari nafkah karena Allah, semuanya karena Allah, maka setiap detail yang kita lakukan akan terhitung ibadah dan mendapat pahala, tidak akan kosong apalagi sia-sia. Kita akan cenderung merasa ringan menjalani hidup ini, karena kita yakin bahwa Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Sehingga kita akan merasa benar-benar menghidupi hidup. Kita akan memandang segala hal yang terjadi sehari-hari yang terlihat kecil dan biasa dengan penuh apresiasi. Seperti saat-saat berkumpul bersama teman-teman, bersenda gurau, saat berbicara dengan orangtua, saat disapa oleh orang asing, saat berjalan, saat makan, bahkan saat dimarahi orang. Semuanya akan terasa bermakna, kita akan merasakan ‘rasa’nya. Dengan kata lain, secara tersirat kita telah menjadi bahagia karena kita benar-benar merasa hidup. Sayang jika tidak hidup bahagia di hidup yang hanya sekali ini.

Kita tidak perlu menjadi kaya raya untuk bisa bahagia, namun kita akan menjadi bahagia tatkala kita mau bersyukur. Allah berfirman, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),maka pasti azab-Ku sangat pedih.”(QS.ibrahim [14]: 7)

Jadi intinya adalah bahwa bahagia itu bukanlah sekedar tujuan akhir dari sebuah perjalanan, namun ‘cara’ yang kita pilih untuk menemani kita hingga sampai pada akhir perjalanan (Tyas-Lines Lampung).

 

Berita Terkait:
- Daftar Website Resmi LDII -spot_img

Dakwah Islam