Sunday, March 23, 2025

Menjadi ‘Khadijah Masa Kini’, Menjadi Wanita Mulia dan Berbakti

ldiilampung.com Kisah Khadijah RA istri pertama Rasulullah SAW merupakan salah satu kisah yang membekas bagi umat Islam, terutama muslimah. Diceritakan dalam kisah, Khadijah RA merupakan seorang wanita berparas cantik, kaya raya, dan keturunan bangsawan. Beliau juga merupakan wanita yang sangat cerdas dan memiliki karakter tangguh, dan luhur. Tak heran, dengan segala keunggulan yang dimiliki, Khadijah menjadikan banyak lelaki dari kaum bangsawan mengaguminya, tapi tak sedetikpun Khadijah tergoda oleh mereka.

Sebelum menikah dengan Rosulullah, Khadijah telah menikah sebanyak dua kali. Suami pertama, Atiq bin A’id Al-Makhzumi, meninggal saat Khadijah berusia 20 tahun. Bersamanya, lahir seorang putra yang diberi nama Hala. Kemudian, beliau menikah lagi dengan seorang lelaki bernama Abu Halah bin Nabbasy At-Tammi, yang bersamanya mereka memiliki seorang putri bernama Hindun binti Abu Halah. Namun sayangnya, suami kedua juga meninggal dunia.

Sepeninggal Abu Halah, Khadijah memutuskan menutup pintu hatinya untuk pria manapun dan fokus pada pekerjaan dan kedua anaknya. Beliau mengurus bisnis perdagangannya hingga mencapai kesuksesan yang sanget besar. Diceritakan bahwa Khadijah memiliki 80.000 ekor unta yang tersebar di berbagai pelosok, juga memiliki kekayaan di berbagai negeri seperti Mesir, Habasyah (Ethiopia), dan beberapa daerah lain. Kekayaannya yang sungguh melimpah, kecantikan paras, kemuliaan sifat, dan kecerdasan pemikiran membuat pria manasaja tertarik untuk meminang Khadijah. Tapi Khadijah menolak mereka semua dan memutuskan untuk tetap konsentrasi pada bisnis dan kedua anaknya.

Sampai suatu malam, Khadijah memimpikan hal yang cukup aneh dalam tidurnya. Ia berkonsultasi kepada sepupunya yang merupakan pendeta kondang guna mengartikan mimpi tersebut. Sepupunya yang memiliki nama Waroqoh Bin Naufal itu menjawab bahwa Khadijah akan kedatangan seorang pria yang mulia lagi agung yang akan meminangnya. Lelaki yang akan datang tersebut juga merupakan seseorang yang diberi kemahsyuran tanpa henti oleh Sang Pencipta.

Singkat cerita, lelaki yang dimaksud adalah Rasulullah SAW. Saat itu, Muhammad bin Abdullah hanyalah seorang pemuda berusia 25 tahun yang sangat sederhana namun sangat mulia budi pekertinya. Rosululloh kemudian meminang Khadijah yang saat itu berusia 40 tahun dengan mahar 20 ekor unta.

Khadijah yang memiliki harta kekayaan melimpah, menyerahkan semua miliknya kepada suaminya, Muhammad. Melalui pernikahan tersebut, lahir enam orang anak, dua putra bernama Qasim dan Abdulloh (yang mana keduanya meninggal saat masih kecil), serta empat orang putri bernama Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum, dan Fatimah.

Khadijah dan Muhammad hidup bahagia bersama putra-putri mereka. Hingga suatu hari, Muhammad menerima wahyu untuk pertama kalinya, “Iqra’” yang artinya “Bacalah!” di Gua Hira’ tepatnya pada 17 Ramadhan 13 SH atau 6 Agustus 610 M. Sejak saat itu Muhammad menjadi Rasul terakhir dan menyibukkan diri berdakwah kesana kemari.

Baca Juga:  Hilangkan kebiasaan yang menjadi Budaya

Dalam perjalanan dakwahnya, seperti yang diketahui, Rasulullah menerima banyak sekali tantangan dan rintangan. Beliau dihina, dicaci, dimaki, dihalang-halangi oleh orang-orang kafir, bahkan sampai dijuluki orang gila. Tak hanya sampai disitu, orang-orang Kafir Quraisy memboikot dan mengasingkan Rosulullah beserta keturunan Bani Hasyim ke sebuah pegunungan di pinggiran Mekkah. Meski bukan keturunan Bani Hasyim, Khadijah tetap mendampingi suaminya dengan setia dan tak tanggung-tanggung menggelontorkan seluruh harta kekayaannya demi membantu dakwah sang suami tercinta.

Keadaan ekonomi mereka makin memburuk, hingga sampai titik mereka seringkali tak memiliki apapun untuk dimakan. Dalam kisah diceritakan, suatu hari saat Rosulullah pulang berdakwah, melihat istrinya menyusui Fatimah yang masih bayi, namun yang keluar bukanlah air susu melainkan darah. Rosulullah kemudian menggendong Fatimah dan menidurkannya diatas ranjang. Lalu Rosululloh merebahkan kepalanya di pangkuan Khadijah.

Dengan lembut, Khadijah membelai suaminya yang semakin terlelap, sambil menangis haru. Tetesan air matanya jatuh ke pipi Rosulullah yang dalam sekejap membuat Sang Utusan terjaga. Beliau melihat istrinya menangis lalu bertanya, “Apa yang sedang kau tangisi, wahai istriku? Apakah engkau menyesal bersuamikan aku, Muhammad?”

Beberapa kali Rosululloh mengulang pertanyaan yang sama untuk memastikan jawaban dari istrinya. Dulu, Khadijah merupakan wanita yang mulia, kaya raya, dipuja semua orang, namun sekarang, ia jatuh miskin, dihina, dicaci, hingga bahkan sering kelaparan dan tidak dapat menyusui dengan layak.

Namun Khadijah menjawab, “Sungguh bukan itu yang aku tangiskan, wahai Rosulullah. Dulu memang aku adalah seorang wanita bangsawan. Namun kebangsawananku telah aku berikan kepada Allah dan Rosul-nya. Dulu memang aku wanita yang tinggi derajat dan banyak hartanya, namun semua itu telah aku berikan kepada Allah dan Rosul-Nya.

Sekarang aku bukanlah apa-apa, namun engkau masih terus memperjuangkan agama Allah. Sekiranya kalau nanti aku wafat namun perjuanganmu belum usai, lalu engkau ingin menyebrangi sungai maupun lautan tetapi tak ada satupun rakit maupun jembatan, maka galilah liang kuburku, ambil tulang belulangku untuk dijadikan rakit dan jembatanmu. Hingga engkau bisa bertemu manusia, kembali melanjutkan dakwahmu, dan tetap memperjuangkan agama Allah. Ingatkan mereka tentang kebesaran Allah, ingatkan mereka kepada yang haq, ajarkan mereka tentang Islam, wahai Rosululloh.”

Baca Juga:  Wowww, Games Tilawati Telah Release....

Ucapan tersebut membuat Rosululloh semakin mengagumi dan mencintai istrinya. Kesetiaan, kasih sayang, cinta, pengorbanan, serta pengabdian Khadijah yang membuat Rosululloh tidak menikahi wanita manapun lagi selama Khadijah masih hidup. Hingga wafatnya Khadijah setelah 25 tahun pernikahan dengan Rosululloh, meninggalkan pilu dan duka lara bagi Sang Utusan selama satu tahun lamanya. Wanita pertama yang dinikahinya, wanita yang mulia akhlaknya, yang besar cinta dan pengorbanannya, yang membuat Rosululloh tidak bisa dengan mudah melupakannya meski ia telah tiada.

Dari kisah perjuangan Khadijah tersebut, kita dapat menyimpulkan setidaknya ada beberapa sifat mulia Khadijah sebagai wanita, diantaranya:

  1. Menjaga Kehormatan dan Tidak Gila Harta

Terbukti saat Khadijah ditinggal wafat oleh suami keduanya, beliau fokus untuk mengurus bisnis dan anaknya. Beliau tidak tergoda dengan lelaki manapun bahkan memutuskan menutup hatinya hingga akhirnya datang lelaki mulia nan agung bernama Muhammad yang meminangnya dengan mahar yang tak sepersepun sebanding dengan kekayaannya.

  1. Mandiri dan Cerdas

Kemandirian Khadijah dalam mengurus bisnis patut diacungi jempol. Untuk kaum Quraisy zaman jahiliyah, dimana biasanya wanita hanya dijadikan budak, alat pemuas nafsu, bahkan diperlakukan seperti halnya pelayan, Khadijah memiliki kecerdasan hingga bisa mengekspansi bisnis hingga ke mancanegara dan menjadi wanita yang sangat mandiri. Ia tidak pernah bergantung pada orang lain atau ‘menumpang’ pada orang lain atas urusannya.

  1. Setia dan Berbakti

Karakter ini ditunjukkan saat Khadijah mengalami perubahan drastis dalam hidupnya yang semula bergelimang harta lalu jatuh hingga miskin papa. Namun, besarnya kesabaran dalam menetapi Islam, kesetiaan menemani sang suami yang merupakan seorang utusan, tidak menggoyahkan hati Khadijah untuk mengeluh atau murka dengan keadaan. Beliau telah menerapkan bakti yang sungguh sebagaimana seorang istri harus berbakti kepada suaminya.

Dapat disimpulkan dari karakter Khadijah RA bahwa kemuliaan seorang wanita bisa didapatkan dengan menerapkan praktik yang mencerminkan beberapa sifat diatas. Meski hidup di zaman modern seperti sekarang, bukan berarti hal yang mustahil untuk para muslimah berusaha menjadi ‘Khadijah Masa Kini’. Meneladani sifat istri pertama Rosululloh bisa dimulai dengan melakukan hal-hal kecil yang berada di sekitar. Selain itu, memiliki akhlaqul karimah juga didukung dengan menghindari hal-hal yang menjuru pada kemaksiatan, serta berdoa yang dilakukan terus menerus. Semoga Allah paring hidayah kepada semua muslimah yang berusaha meneladani sifat mulia istri pertama Rosulullah, Khadijah RA, aamiin yaa robbal alamin.

Berita Terkait:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Time limit is exhausted. Please reload CAPTCHA.

- Daftar Website Resmi LDII -spot_img

Dakwah Islam